Sudah lewat tengah malam saya dan pak Dadang Suryana berbicang santai menghadap api unggun kecil yang ia buat didepan rumahnya. Nyala Api unggun dari ranting kayu tersebut memberi rasa hangat di telapak dan pergelangan kaki. Maklum malam itu kami berdua hanya mengenakan celana yang panjangnya hanya 3 cm di bawah lutut..(alias celana pendek).
Dadang Suryana bercerita tentang sebuah test pada saat ia menempuh pendidikan. Ia diperintah pelatihnya untuk membeli buah pear di dua tempat. Satu buah dari Supermarket satunya lagi dari lapak buah di kaki lima. Buah pear dari supermarket ia terima dalam kondisi teebungkus spon, dengan kemasan plastik berlogo nama supermarket.
Sedangkan buah yang ia beli dari lapak ia beli dalam kondisi "telanjang" dan hanya dikemas dengan kantong kresek biasa.
Tiba dikelas kedua pear itu di kupas. Oleh pengajarnya kemudian Dadang diminta untuk menutup mata sampai tidak bisa melihat apa apa.
Tak lama pelatihnya meminta Dadang untuk mencicipi buah pear satu persatu. Lalu ditanya manakah buah yang berasal dari supermarket dan lapak.
Dadang merasakan buah tersebut sama saja baik rasa, aroma maupun kesegarannya.
Padahal Dadang tahu bahwa buah tersebut ia beli dari 2 tempat yang berbeda dengan harga yang berbeda pula.
Ketika ditanya oleh pelatihnya adakah perbedaan rasa dari dua buah yang ia cicipi? Sekalipun Dadang berusaha menemukan perbedaan di rasa namun tetap tidak ia rasakan. Sehingga Dadang menjawab sama saja...
Sang pelatih menyampaikan bahwa kedua buah pear itu hanya berbeda di kemasan.
Baik kemasan fisik untuk buahnya sendiri maupun kemasan tempat menjualnya.
Makna cerita:
1. Sebuah ide dan gagasan bisa menjadi menarik perhatian orang lain jika dikemas dengan baik.
2. Sebuah tindakan sederhana bisa menjadi seperti tindakan luar biasa jika dikemas dengan konsep, kreatifitas dan inovasi.
3. Kemasan bisa menjadikan nilai sebuah benda/karya/cipta "naik kelas secara cepat".
Segala sesuatu membutuhkan "kemasan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar