Senin, 27 September 2010

Belajar dari Seorang Teman, Berhenti merintis usaha Karena banyak Pesaing

Seorang sahabat pernah berbincang dengan saya mengenai rencana untuk membuka rental alat-alat musik kecil-Kecilan di depan rumahnya yang berada di pinggir jalan raya. Meskipun ada di pedesaan, namun sahabat saya ini optimis mengingat profesinya sebagai pemusik, yang merasa mudah memperkenalkan usahanya melalui teman-teman seprofesinya. Apalagi trend remaja sekarang yang sedang berlomba-lomba membuat grup band, begitu analisanya pada waktu perencanaan dilakukan.



Bermodal sebidang tanah dan uang untuk membeli bahan bangunan, maka bangunan 4 x 5 m pun segera berdiri dalam hitungan minggu. Setelah tempat siap pakai, dilanjutkan dengan membeli alat-alat musik, sound system, dan perangkat lain yang dibutuhkan. Sampai dengan layak untuk buka (siap di sewakan) tidaklah memakan banyak waktu.

Namun sahabat saya merasa kesulitan untuk mengurusi studionya. Karena kesibukannya sebagai pemusik, studio musik nya kadang buka kadang tutup. Apalagi pada saat pekerjaannya sebagai pemusik panggung sedang padat, hampir pasti studio musiknya harus tutup.

Pada saat yang bersamaan muncul studio baru di kecamatan tempat tinggal sahabat saya. Jumlahnya 5 buah. Jumlah yang cukup mencengangkan sahabat saya, karena menurutnya studio miliknya saja ketika buka jarang kedatangan pelanggan.

rupanya munculnya studio lain diwaktu yang hampir bersamaan ini cukup dijadikan alasan oleh teman saya untuk mengehentikan usaha studio musiknya, dan menjual peralatan yang sudah dimilki.

menaruh iba, tentu sebagai seorang sahabat yang pernah saya beri apresiasi karena optimismenya, kemudian mundur dari rintisan usahanya karena merasa tidak bisa mengurus dan munculnya banyak pesaing.

Berkompetisi dalam usaha adalah hal yang mutlak dilakukan. Bagaimana tidak, saat ini hampir tidak ada bidang usaha tanpa persaingan. Pesaing atau sering disebut kompetitor bisa menjadi sumber energi bagi kita, juga bisa menjadi racun pembunuh optimisme kita. Itu sangat bergantung pada diri kita masing-masing.

Saya bukan seorang pakar yang akan memberikan kiat-kiat memenangkan persaingan usaha, saya juga bukan motifator yang bisa memberi advis agar semangat sahabat saya tidak kendor. Saya adalah orang yang sedang belajar peka terhadap fenomena yang muncul disekitar saya, yang kemudian mendorong saya untuk menjelajahinya dan menuangkan dalam bentuk tulisan sederhana.

para ahli motivasi melalui buku yang pernah saya baca, hampir semua menegaskan pentingnya berfikir positif. menyikapi alasan sahabat saya menutup usaha studio karena munculnya pesaing baru, mengingatkan saya pada sebuah kutipan berikut, Neraka dan Surga itu tempatnya ada di fikiran kita. Artinya bila kita menganggap bahwa pesaing adalah musuh dalam usaha kita, maka kita cenderung sibuk melihat kekurangan usaha kita. Yang pada akhirnya mengendurkan semangat kita untuk merawat usaha kita. Sementara jika pesaing kita jadikan sahabat untuk memacu usaha kita, maka kita bisa menggali kiat-kiat memajukan usaha kita ditengah persaingan.

Jika teman-teman lain punya pengalaman atau cerita menarik mengenai usaha, dengan senang hati saya menerima masukan dan diskusi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar