Jumat, 26 Februari 2016

Cara Sukses Usaha (Jelajah Realitas)

Banyak artikel yang mengupas cara sukses usaha. Semua memberikan arah kepada seorang pelaku usaha agar bisa berhasil menjalankan usaha. Mulai dari membuat produk yang baik, memasarkan, hingga pelayanan purna jualnya.

Artikel itu bisa di pakai oleh semua pelaku usaha. Tak peduli seberapa besar skala usahanya.

Saya hanya sekedar mengajak pembaca untuk bergeser sedikit pada bagian pendukung usaha.

Ilustrasinya seperti ini.
Mang Kosim berniat membuat usaha siomay, ia sudah belajar ke temannya yang lebih dahulu usaha siomay keliling. Kosim sudah belajar cara membuat siomay yang enak, berikut mempelajari alat alat yang dibutuhkan untuk.berjualan siomay.

Ketika dalam tahap itu, Kosim ditanya?
Apakah bapak optimis bisa berhasil menjalankan usaha siomay keliling, Mang Kosim dengan semangat menjawab "saya harus yakin kalau usaha siomay ini berhasil "
Kondisi seperti apa yang disebut berhasil?
"Ya kalau usaha ini bisa menghasilkan uang yang bisa saya gunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga saya"
Apa yang akan bapak lakukan agar usaha ini cepat berhasil
"Saya akan kerja keras, dan tetap bersemangat usaha".
Jika ada rintangan dalam usaha, apa yang akan bapak lakukan jika ada hambatan dalam usaha
"Saya akan cari sumbernya dan akan saya carikan jalan keluarnya"

Sebaliknya?
Apa yang akan bapak lakukan Jika usaha bapak maju dalam waktu singkat, permintaan siomay banyak,
"Ya saya senang dan harus mempertahankan kondisi itu"

Bagaimana jika sampai permintaan banyak dan bapak tidak bisa memenuhi pesanan konsumen?

"Ya saya akan cari tenaga tambahan agar bisa membantu saya supaya produksinya banyak"

Siapa orang yang akan anda ajak?
"Saudara saya, kalau mau. Jika tidak mau saya cari tetangga terdekat atau siapa aja yang mau kerja"

Berapa orang yang akan dilibatkan?

"Ya secukupnya saja"

Kenapa pak?
"Ya tergantung kemampuan usaha saya membayar pekerja. Kalau mampunya bayar satu orang ya satu orang dulu, kalau sudah mampu dua ya ditambah.

Dst.

Apa yang bisa kita petik dari percakapan diatas?

Pembeda usaha mikro dan usaha menengah/besar adalah di sikap dan keberanian menjalankan sebuah sistem usaha dengan.perencanaan.

Usaha Mikro sangat mungkin dijalankan dengan perencanaan. Salah satunya di tenaga kerja.
Usaha menengah sudah merencanakan berapa karyawan yang harus dilibatkan untuk menjalankan usaha.

Sementara pelaku usaha mikro berfikir seberapa kuat hasil usaha ini bisa membayar pekerja.

Perbedaan mendasarinya ada di visi. Jika usaha menengah dibuat dengan paradigma memberikan kesempatan kepada orang lain untuk bisa bekerja di dalam sebuah kegiatan usaha. Sementara pelaku usaha mikro kebanyakan mengandalkan tenaga, pikiran dan modal sendiri.

Bisakah usaha mikro di rancang seperti usaha menengah?

Jawabannya bisa..
Sekalipun beda skala, setidaknya para pelaku usaha mikro bisa menggunakan kerangka berfikir pelaku usaha menengah.

"Berapa banyak orang yang bisa saya bantu melalui usaha saya??

Artinya pola fikir si pelaku usaha mikro sudah kepada manfaat usaha yang akan dijalankan,  bagi orang lain.

Sepintas cara ini bisa dianggap konyol,
"lha wong nasib saya saja belum tentu jelas, apa mungkin saya memikirkan apalagi membantu orang lain"

Pernyataan itu betul, dan manusiawi.

Akan tetapi bisakah paradigmanya di geser sedikit.
"Saya akan mendirikan usaha siomay keliling. Rencananya usaha saya harus bisa membuat 2 orang karyawan saya punya hasil 500 ribu sebulan/orang."
Kalu pola fikir ini yang di pakai, berarti rencana mendirikan usaha siomay bukan semata mata untuk menghasilkan keuntungan untuk kepentingan pribadi. Namun sudah berfikir manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain, karena ide dan gagasan jualan siomay.

Bagaimana jika unsur kepedulian terhadap sesama lebih dikedepankan dahulu, ketimbang keuntungan pribadi.

Mungkinkah???? (Bukan bukan promo judul lagu lho he he)...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar