Jumat, 22 April 2016

Berlaku Bijak Kepada Alam

Lampung Timur (April 2016), Ada beragam pilihan usaha. Ada beragam alasan pula seseorang menjatuhkan pilihan usaha. Seperti yang dijalani Dadang Suryana (37 tahun).  Warga Jl. Sumpah Pemuda Dusun IV Tanjung Kesuma Purbolinggo Lampung Timur sejak 3 tahun lalu menekuni usaha pengelolaan sampah plastik.

Kantong Plastik asoy,  bekas kemasan gula, garam, hingga karung plastic adalah teman akrab sehari hari Dadang Suryana. Para pemulung Sampah di Pasar-pasar (Lampung Timur, Lampung Tengah dan Kota Metro) adalah mitranya dalam mengangkat sampah yang tadinya sudah dianggap tidak bernilai untuk kemudian dikelola hingga bernilai.

Ada beragam manfaat dari aktifitas yang Dadang lakukan. Perspektif banyak orang tentang plastic bekas kemasan yang selama ini hanya dibuang begitu saja, menjadi tujuam mulia dadang Suryana. Ia berusaha memberikan penyadaran kepada semua orang “Jika sampah plastic ini dianggap tidak bernilai, maka perlakuan kita terhadapnya adalah sama. Membuang, membakar atau membiarkan saja berserakan dimana-mana. Namun jika kita tahu bahwa sampah plastic ini mengandung nilai, kita pun akan merasa sayang jika harus membuang dan menyia-nya kannya”,  ujar Dadang.

Menekuni usaha yang baru dan berbeda dengan kebanyakan orang, bukanlah hal mudah untuk dilewati. Ayah dari 3 orang anak ini mengaku bahwa ia terus belajar mendalami usaha ini. “Banyak hal yang perlu saya dalami dalam usaha ini. Mengangkat sesuatu dari dalam lumpur atau kubangan bukanlah sesuatu yang mudah. Perlu kesiapan mental dan kesadaran penuh, hingga menjadikan plastic ini seperti Mutiara, yang bernilai”, ujar pemilik Mutiara Plastic Recycling ini.

Perjalanan usaha yang Dadang lakukan juga ini mesti melewati jalanan yang berbelok hingga butuh kehati-hatian, arahnya bercabang hingga membingungkan, bahkan jaringan usaha limbah ini pun seperti berwarna abu-abu, karena banyak kepentingan dan tidak atau belum memiliki standar yang jelas seperti komoditas lainnya

Riwayat perjalanan usaha yang dikelola Suami dari Ani Fitriani ini bukanlah sebuah cerita manis. Namun sebuah cerita inspiratif. Beragam cara sudah pernah ditempuh Dadang Suryana. Mulai dari bagaimana mengumpulkan limbah plastik, bagaimana cara memisahkan, membersihkan, memperlakukan, hingga kemana ia harus menjualnya.

Satu hal yang berhasil Dadang buktikan adalah bisa menjual plastik siap daur ulang dari Lampung ke Kota besar (Bandung, Jakarta, Tangerang). “Tempat penjualan limbah plastic ini adalah kota-kota yang sedang mengalami masalah dengan sampah. Namun mereka masih bisa menampung puluhan bahkan ratusan ton limbah plastic siap daru ulang dari daerah”, terang Dadang.
Pada saat Media massa heboh memberitakan ditemukannya Beras yang dicampur biji Plastik, Dadang hanya tersenyum. “Keluarga saya sudah makan beras ‘plastik’ sejak setahun lalu”. Artinya usaha pengelolaan plastik yang ia lakukan sudah bisa menopang kebutuhan hidup sehari hari keluarga Dadang.

Dalam menjalankan usaha ini Dadang Suryana melibatkan warga sekitar yang sebagian besar adalah petani. Ia dengan sabar mengajarkan cara memilah dan memperlakukan plastic hingga meningkat nilai jualnya. Karena peningkatan nilai inilah yang Dadang gunakan untuk membayar para pekerja.
Dalam menjalankan usaha ini, Dadang tak melepaskan rasa peduli sosialnya. Ia juga turut menginisisasi berdirinya Komunitas Peduli Sampah (KPS) Lampung. Ia juga menjadi salah satu pemrakarsa lahirnya Unit Pengelolaan Sampah (UPS) Desa  Tanjung Kesuma, beserta Sulasmi, Sunarti (Pengurus PKK), Dira Iskandar (Linmas Desa) dan Suyatno (LPMD Tanjung Kesuma). Dadang Secara sukerela membaggikan pemahaman teknis tentang sampah plastik mulai dari pengumpulan hingga penjualan.

Baginya membangun kesadaran kepada setiap orang melalui Gerakan Peduli Sampah di komunitas adalah cara efektif untuk meluaskan pengertian warga masyarakat tentang peduli sampah.
Iapun menjadi orang yang cukup terguncang dengan mandeknya kegiatan UPS Tanjung Kesuma yang selama ini dijadikan mitra utama bagi usahanya dalam hal pengumpulan sampah dari masyarakat desa. Menurutnya minimnya perhatian pemerintah menjadi salah satu penyebab belum berkembangya gerakan Peduli Sampah yang diwujudkan dalam gerakan menabung sampah melalui UPS Desa Tanjung Kesuma.


Namun ia optimis gerakan KPS Lampung  dengan program UPS nya bisa bangkit kembali dan bisa menjadi kendaraan besar untuk mengusung Kepedulian sampah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar