Kamis, 21 April 2016

Semangat Juang RA. Kartini Ada di Lampung

Siti (50 Tahun) Warga Jepara Jawa Tengah
yang kini merantau di Lampung
Lampung Timur (21/04/16), Hari masih pagi. Sayup terdengar suara tau menalu yang berasal dari benturan kepala palu dan pahat bersahutan. Ujung pahat yang tajam menghujam ke permukaan kayu yang telah diberi pola-pola menawan inilah sumber bunyi yang mengusik perhatian saya pagi itu.

Lazimnya  aktifitas ini dilakukan laki-laki. Karena pekerjaan mengukir kayu adalah pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik.  Namun tidak demikian bagi  Siti (50 tahun). Perempuan asal Jepara Jawa Tengah ini sejak 7 tahun lalu merantau ke Lampung. Ia menjalani profesi sebagai pengukir kayu.

Ditemui disela aktifitasnya mengukir kayu di Desa Tanjung Inten Purbolinggo Lampung Timur, Ibu 3 orang anak ini menuturkan kisah singkatnya menjadi pengukir kayu. Ia belajar memahat kayu sejak masih sekolah SD. Di kampung halamannya (Jepara – Jawa Tengah) warganya sebagian besar bermata pencaharian sebagai pengukir kayu. Sehingga Siti pun tak keberatan untuk belajar dengan kakaknya saat itu.
Beragam Jenis Pahat yang digunakan Siti

Nenek 2 orang cucu ini mengaku butuh waktu satu tahun untuk betul-betul menguasai cara mengukir kayu yang benar. Menurut Siti, ada puluhan pahat dengan berbagai ukuran dan bentuk yang harus dikuasai, sehingga bisa digunakan secara tepat. Setiap bentuk ukiran, baik motif maupun kedalaman haruslah dibuat dengan pahat yang berbeda.

Sambil berbincang, Siti sesekali menyeka keringat dan membetulkan letak kacamatanya. Perempuan paruh baya ini sudah sangat piawai membuat kayu yang tadinya berbentuk papan atau balok menjadi ukiran yang indah dan menawan.

Disamping tempat duduknya sudah ada puluhan kayu ukiran yang ia hasilkan. Ukiran ini sebagian besar adalah pesanan dari para pemilik meubel di seputar Kecamatan Purbolinggo, Way Bungur dan Sukadana. 

Aktifitas Siti pada Hari kartini 2016
Sudah banyak pemilik mebel dari Way Bungur, Purbolinggo dan desa lain yang memesan ukiran kepada saya. Pola ukiran yang membuat saya. Mulanya saya buat menggunakan kertas, kemudian dibawa oleh pemilik mebel. Mereka menyiapkan bahan kayunya sesuai ukuran, sekaligus membuat lubang pada pola ukiran. Jadi diantar kesini saya tinggal memahat’, tutur Siti.

Siti menerima jasa ukiran untuk bahan kursi, meja, dipan, lemari dan perabot lainnya. Tak hanya itu, Siti pun melayani pesanan perabot dalam bentuk yang sudah jadi. “Jika ada pesanan dalam bentuk yang sudah jadi saya juga siap mengerjakan”, tegas Siti.

Usianya Siti tak Muda lagi namun semangat kerjanya sangat tinggi. “Saya merantau untuk mencari nafkah keluarga saya. Saat ini 2 anak masih sekolah tingkat SMA. Mulanya saya dengan suami merantau ke sini (Lampung). Namun suami saya menderita sakit jantung, dan sering kambuh. Maka sekarang beliau istirahat di Jepara (Jawa Tengah-red)”, kisahnya

Hasil Ukiran Siti kondisi belum finishing
Ketika ditanya apa pendapatnya tentang RA. Kartini yang juga berasal dari Jepara, Siti sempat tertunduk sebentar, tertegun lalu melepas senyum. Ia berusaha mengingat beberapa hal tentang RA. Kartini. “Seingat saya RA Kartini adalah orang yang gigih. Ia menuntun warga yang buta huruf kemudian diajari membaca. Kartini juga merangkul semua penganut agama untuk di ajarkan berbagai keterampilan. Di Jepara ada pantai yang bernama Pantai Kartini. Ditempat itulah saya pernah membaca tentang perjuangan Kartini”, ungkapnya.

Dari kisah diatas setidaknya kita bisa mendapatkan beberapa nilai perjuangan sosok perempuan bernama Siti yang berasal dari Jepara-Jawa Tengah (sama dengan tempat lahir, besar dan perjuangan RA. Kartini). Kini ia berada pada jarak ratusan kilometer dari keluarganya. Ia menyewa tempat tinggal, dan bekerja sepanjang hari untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Sebuah perjuangan yang patut menjadi spirit bagi perempuan lainnya (Sesuai dengan perjuangan RA. Kartini). RA. Kartini lah yang gigih memperjuangkn kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam segala bidang (emansipasi wanita).


Siti adalah salah satu contoh nyata dari perempuan yang  memiliki semangat dan meu berjuang. Baginya ilmu mengukir kayu adalah berkah yang ia terima dan bisa ia manfaatkan untuk mencari nafkah, dimanapun. (yale) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar