Lampung Timur (April 2016), Ada beragam
pilihan usaha. Ada beragam alasan pula seseorang menjatuhkan pilihan usaha.
Seperti yang dijalani Dadang Suryana (37 tahun). Warga Jl. Sumpah Pemuda Dusun IV Tanjung
Kesuma Purbolinggo Lampung Timur sejak 3 tahun lalu menekuni usaha pengelolaan sampah plastik.
Kantong Plastik
asoy, bekas kemasan gula, garam, hingga
karung plastic adalah teman akrab sehari hari Dadang Suryana. Para pemulung
Sampah di Pasar-pasar (Lampung Timur, Lampung Tengah dan Kota Metro) adalah
mitranya dalam mengangkat sampah yang tadinya sudah dianggap tidak bernilai
untuk kemudian dikelola hingga bernilai.
Ada beragam
manfaat dari aktifitas yang Dadang lakukan. Perspektif banyak orang tentang plastic
bekas kemasan yang selama ini hanya dibuang begitu saja, menjadi tujuam mulia
dadang Suryana. Ia berusaha memberikan penyadaran kepada semua orang “Jika sampah
plastic ini dianggap tidak bernilai, maka perlakuan kita terhadapnya adalah
sama. Membuang, membakar atau membiarkan saja berserakan dimana-mana. Namun
jika kita tahu bahwa sampah plastic ini mengandung nilai, kita pun akan merasa sayang
jika harus membuang dan menyia-nya kannya”, ujar Dadang.
Menekuni
usaha yang baru dan berbeda dengan kebanyakan orang, bukanlah hal mudah untuk
dilewati. Ayah dari 3 orang anak ini mengaku bahwa ia terus belajar mendalami usaha ini. “Banyak
hal yang perlu saya dalami dalam usaha ini. Mengangkat sesuatu dari dalam
lumpur atau kubangan bukanlah sesuatu yang mudah. Perlu kesiapan mental dan kesadaran
penuh, hingga menjadikan plastic ini seperti Mutiara, yang bernilai”, ujar
pemilik Mutiara Plastic Recycling ini.
Perjalanan
usaha yang Dadang lakukan juga ini mesti melewati jalanan yang berbelok hingga
butuh kehati-hatian, arahnya bercabang hingga membingungkan, bahkan jaringan
usaha limbah ini pun seperti berwarna abu-abu, karena banyak kepentingan dan
tidak atau belum memiliki standar yang jelas seperti komoditas lainnya
Riwayat perjalanan
usaha yang dikelola Suami dari Ani Fitriani ini bukanlah sebuah cerita manis. Namun sebuah
cerita inspiratif. Beragam cara sudah pernah ditempuh Dadang Suryana. Mulai
dari bagaimana mengumpulkan limbah plastik, bagaimana cara memisahkan, membersihkan,
memperlakukan, hingga kemana ia harus menjualnya.
Satu hal
yang berhasil Dadang buktikan adalah bisa menjual plastik siap daur ulang dari
Lampung ke Kota besar (Bandung, Jakarta, Tangerang). “Tempat penjualan
limbah plastic ini adalah kota-kota yang sedang mengalami masalah dengan
sampah. Namun mereka masih bisa menampung puluhan bahkan ratusan ton limbah plastic
siap daru ulang dari daerah”, terang Dadang.
Pada saat
Media massa heboh memberitakan ditemukannya Beras yang dicampur biji Plastik, Dadang
hanya tersenyum. “Keluarga saya sudah makan beras ‘plastik’ sejak setahun
lalu”. Artinya usaha pengelolaan plastik yang ia lakukan sudah bisa
menopang kebutuhan hidup sehari hari keluarga Dadang.
Dalam
menjalankan usaha ini Dadang Suryana melibatkan warga sekitar yang sebagian
besar adalah petani. Ia dengan sabar mengajarkan cara memilah dan memperlakukan
plastic hingga meningkat nilai jualnya. Karena peningkatan nilai inilah yang
Dadang gunakan untuk membayar para pekerja.
Dalam
menjalankan usaha ini, Dadang tak melepaskan rasa peduli sosialnya. Ia juga
turut menginisisasi berdirinya Komunitas Peduli Sampah (KPS) Lampung. Ia juga
menjadi salah satu pemrakarsa lahirnya Unit Pengelolaan Sampah (UPS) Desa Tanjung Kesuma, beserta Sulasmi, Sunarti (Pengurus
PKK), Dira Iskandar (Linmas Desa) dan Suyatno (LPMD Tanjung Kesuma). Dadang
Secara sukerela membaggikan pemahaman teknis tentang sampah plastik mulai dari
pengumpulan hingga penjualan.
Baginya
membangun kesadaran kepada setiap orang melalui Gerakan Peduli Sampah di komunitas
adalah cara efektif untuk meluaskan pengertian warga masyarakat tentang peduli
sampah.
Iapun
menjadi orang yang cukup terguncang dengan mandeknya kegiatan UPS Tanjung
Kesuma yang selama ini dijadikan mitra utama bagi usahanya dalam hal
pengumpulan sampah dari masyarakat desa. Menurutnya minimnya perhatian
pemerintah menjadi salah satu penyebab belum berkembangya gerakan Peduli Sampah
yang diwujudkan dalam gerakan menabung sampah melalui UPS Desa Tanjung Kesuma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar