Kantong Plastik
asoy, bekas kemasan gula, garam, hingga
karung plastic adalah teman akrab sehari hari Dadang Suryana. Para pemulung
Sampah di Pasar-pasar (Lampung Timur, Lampung Tengah dan Kota Metro) adalah
mitranya dalam mengangkat sampah yang tadinya sudah dianggap tidak bernilai
untuk kemudian dikelola hingga bernilai.
Ada beragam
manfaat dari aktifitas yang Dadang lakukan. Perspektif banyak orang tentang plastic
bekas kemasan yang selama ini hanya dibuang begitu saja, menjadi tujuam mulia
dadang Suryana. Ia berusaha memberikan penyadaran kepada semua orang “Jika sampah
plastic ini dianggap tidak bernilai, maka perlakuan kita terhadapnya adalah
sama. Membuang, membakar atau membiarkan saja berserakan dimana-mana. Namun
jika kita tahu bahwa sampah plastic ini mengandung nilai, kita pun akan merasa sayang
jika harus membuang dan menyia-nya kannya”, ujar Dadang.

Perjalanan
usaha yang Dadang lakukan juga ini mesti melewati jalanan yang berbelok hingga
butuh kehati-hatian, arahnya bercabang hingga membingungkan, bahkan jaringan
usaha limbah ini pun seperti berwarna abu-abu, karena banyak kepentingan dan
tidak atau belum memiliki standar yang jelas seperti komoditas lainnya
Riwayat perjalanan
usaha yang dikelola Suami dari Ani Fitriani ini bukanlah sebuah cerita manis. Namun sebuah
cerita inspiratif. Beragam cara sudah pernah ditempuh Dadang Suryana. Mulai
dari bagaimana mengumpulkan limbah plastik, bagaimana cara memisahkan, membersihkan,
memperlakukan, hingga kemana ia harus menjualnya.

Pada saat
Media massa heboh memberitakan ditemukannya Beras yang dicampur biji Plastik, Dadang
hanya tersenyum. “Keluarga saya sudah makan beras ‘plastik’ sejak setahun
lalu”. Artinya usaha pengelolaan plastik yang ia lakukan sudah bisa
menopang kebutuhan hidup sehari hari keluarga Dadang.
Dalam
menjalankan usaha ini Dadang Suryana melibatkan warga sekitar yang sebagian
besar adalah petani. Ia dengan sabar mengajarkan cara memilah dan memperlakukan
plastic hingga meningkat nilai jualnya. Karena peningkatan nilai inilah yang
Dadang gunakan untuk membayar para pekerja.
Dalam
menjalankan usaha ini, Dadang tak melepaskan rasa peduli sosialnya. Ia juga
turut menginisisasi berdirinya Komunitas Peduli Sampah (KPS) Lampung. Ia juga
menjadi salah satu pemrakarsa lahirnya Unit Pengelolaan Sampah (UPS) Desa Tanjung Kesuma, beserta Sulasmi, Sunarti (Pengurus
PKK), Dira Iskandar (Linmas Desa) dan Suyatno (LPMD Tanjung Kesuma). Dadang
Secara sukerela membaggikan pemahaman teknis tentang sampah plastik mulai dari
pengumpulan hingga penjualan.
Baginya
membangun kesadaran kepada setiap orang melalui Gerakan Peduli Sampah di komunitas
adalah cara efektif untuk meluaskan pengertian warga masyarakat tentang peduli
sampah.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar