Rabu, 03 Februari 2016

Sudah Saatnya Kerupuk Naik Derajat.

Camilan satu ini tidak asing lagi bagi seluruh rakyat Indonesia.. he he (kayak bunyi Undang Undang ya...). Artinya  tua- muda, laki laki perempuan, tinggal di kota atau di desa, dari yang tinggal di pinggir laut sampe yang ada di puncak gunung, tidak asing dengan Kerupuk.

Camilan yang terbuat dari tepung dan bumbu ini ternyata tidak hanya dijadikan teman santap makan nasi saja. Kerupuk juga kerap di makan langsung sebagai camilan.Pokoknya fleksibel, bisa didapat dimana saja, kapan saja.  Dan yang pasti kerupuk camilan bisa dimana dimana saja.  Jadi serba guna  tapi tidak tahan lama (he he maksudnya bisa melempem....lho) kalau terlalu lama kena udara terbuka.

Nah, mari kita ingat ingat, salah satu jenis kerupuk yang berbentuk bulat besar dengan lubang. Dulu dipasarkan dari rumah ke rumah dengan cara di pikul. Penjualnya biasa pake kaleng bulat berukuran besar (mungkin muat ratusan kerupuk).

Pada saat tukang kerupuk lewat, kerap jadi tontonan anak anak. (Saat itu anak anak merasa heran kok kuat ya pedagangnya memikul kaleng segitu besar.....)

Yang lebih menarik adalah saat ada pembeli. Penjual kerupuk akan berhenti kemudian membuka kaleng besar tersebut. Anak anak suka penasaran pengen lihat isinya. Padahal kan sudah jelas dagang kerupuk, ya isinya pasti kerupuk lah. He he he (pengalaman pribadi).

Keunikan lain adalah saat kerupuk akan di setorkan ke warung. Pemilik warung sudah menyiapkan kaleng berbentuk kotak dan dibagian depan ada kacanya. Kerupuk dari kaleng besar milik penjual dipindahkan satu persatu ke kaleng kecil milik warung.

Kalau anak- anak membeli kerupuk di warung, biasanya disuruh  ambil sendiri (ssttt.... Ternyata konsep swalayan sudah ada sejak jaman kerupuk dipikul he he he). Melayani sendiri Ternyata mengasyikan bagi bagi anak anak. Bagi yang tangannya dah sampe ke tutup kaleng,  Ia akan dengan senang hati memasukkan tangan ke kaleng yang digantung. Hemmm rasanya beda lho.

Nah bagi  Bagi anak anak yang tangannya belum sampai karena masih terlalu kecil, bisa cari kursi atau pijakan lain. Ini demi bisa ambil kerupuk sendiri. Terus, kalau nggak semu kursi akhirnya suruh angkat pedagangnya supaya tangannya sampai. He he he. (Gempor juga nih pedagang kalau seharian mesti angkat anak anak yg beli kerupuk)...he he he.

Lama kelamaan cara berdagang dengan pikulan sudah mulai di tinggalkan.

Kerupuk di jajakan dengan sepeda. Masih pake kaleng besar. Namun Lama lama kaleng ditinggalkan. Pedagang kerupuk pun di kemas pake plastik. Dibungkus dengan jumlah tertentu. Hingga mudah ketika menyetorkan ke warung atau di beli ibu ibu di jalanan. Tinggal buka tali ambil bungkusanya.. trus terima uang.

Begitu seterusnya sampe kerupuk dipasarkan dengan kendaraan bermotor. Ya kerupuknya masih tetap dibawa dan diedarkan dengan kemasan plastik.

Sekarang jaman praktis namun yang patut kita ingat, kalau dalam satu hari di wilayah itu ada 1.000 bungkus kerupuk yang beredar maka sudah pasti ada 1.000 kemasan plastik yang akan jadi sampah. Kalau sebulan 30.000, kalu setahun... (bantu hitung ya.. he he he. Soalnya kalkulator agak hang....)

Dampaknya luar biasa bagi kemajuan ekonomi tapi berdampak buruk bagi ekologi (mmmm apa ya...Artinya... ya..... lingkungan maksud nya).

(Sambil Garuk garuk kepala yang tidak gatal). Ini kan mau nulis kerupuk kenapa jadi nulis sampah plastik sih he he he.

Kembali ke kerupuk...!
Dari hasil "pertapaan" penulis,  "mbah" Google menunjukkan fakta bahwa saat ini di kerupuk telah berevolusi. Dari warnanya, dari rasanya dan dari ukurannya. Semua ini karena perubahan selera masyarakt dan naik turunnya harga bahan baku.

Yang tetap bahkan terus meningkat adalah kebutuhan untuk makan kerupuk.  Selama matahari masih terbit dari Timur.... mungkin saja camilan yang bernama kerupuk akan tetap diminati.

Kalau satu jenis makanan bisa di kembangkan menjadi beragam rasa (contoh mie instan). Variasi rasa akan mencegah kebosanan konsumen. Begitupun kerupuk juga punya hak yang sama. Apalagi kalau bisa membuat kerupuk "Rasa'h Mbayar" (alias gratis...) maka dijamin produk Kerupuk Anda akan Laku Keras.... he he he.

Kalau camilan kerupuk sudah ada sejak kakek-nenek kita masih anak anak, atau bahkan sebelumnya. Maka sampe kita bakal jadi kakek dan nenek, juga kerupuk masih kita konsumsi.

Kalau dulu kerupuk di jajakan dengan pikulan bambu, kemudian berubah dengan sepeda kayuh, lalu kendaraan roda dua, Kerupuk.juga berhak naik Roda empat, Roda delapan, enam belas dst. Faktanya saat ini cari kerupuk sudah bisa dilakukan sambil duduk santai nonton tv. Bukan nungguin tukang kerupuk lewat lho, tapi sambil order kerupuk ke toko online..
Salam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar