Abdul Jaya, Pembuat Atap Daun Nipah Way Bungur Lampung Timur |
Sumber: Tabloid LENSA Wirausaha Edisi 02
Daun nipah dalam bahasa daerah sering disebut kajang. Daun dari tumbuhan yang banyak ditemui di daerah berlumpur ini ternyata menyimpan potensi besar untuk dijadikan sebuah usaha. Banyak sekali manfaat dari tumbuhan bernama latin Nypa Fruticans ini. Biasanya daun nipah digunakan sebagai bahan atap rumah, kandang, atau bangunan lain. Bangunan yang berbahan atap dari kajang terasa lebih sejuk dan nyaman. Namun demikian, kajang sangat jarang digunakan sebagai bahan atap rumah karena kurangnya tingkat ketahanannya. Selain untuk keperluan tersebut, daun nipah bisa dibuat sebagai bahan berbagai kerajinan seperti tikar, topi, dan tas.
Nipah
merupakan tumbuhan asli pesisir Samudra Hindia bagian timur dan Samudra Pasifik
bagian Barat Laut. Sekarang, tumbuhan ini
sudah tersebar ke berbagai daerah. Meskipun tumbuhan ini pernah digolongkan sebagai
tumbuhan langka yang terancam punah,
tetapi
di daerah tropis tumbuhan ini masih cukup melimpah. Sehingga IUCN REDLIST mengevaluasinya dalam daftar Least Concert (bersiko rendah).
Abdul Jaya, Melibatkan tenaga kerja dari sekitar tempat tinggalnya dalam Pembuatan Atap Daun Nipah . |
Abdul Jaya
adalah salah seorang pengrajin daun nipah. Lelaki
yang kerap dipanggil Jaya ini mengatakan bahwa ia telah lama menggeluti usaha
di bidang kerajinan daun nipah. Paling
sering ia membuat daun nipah menjadi bahan atap bangunan. Usahanya diawali dari bantuan modal ibu-ibu pembuat kue di
daerahnya. Dari modal tersebut, ia mulai membeli bahan-bahan,
utamanya daun nipah dan bambu. Sampai
saat ini, sudah 10 tahun ia bertahan
untuk menekuninya.
Laki-laki dan Perempuan terlibat dalam Pembuatan Atap Daun Nipah . |
Usaha yang telah cukup lama dijalaninya membuahkan banyak
pengalaman bagi warga desa Tanjung Tirto
Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur ini. Bukan
hanya cerita “manis” yang ia tuturkan dari pengalaman usahanya. Banyak sekali kendala usaha yang ia hadapi terungkap dari kisah pengalamannya, seperti berkurangnya
karyawan di saat musim panen padi tiba sedangkan bahan baku
yang masuk terlalu banyak. Saat musim panen padi, sebagian besar
karyawannya beralih menjadi pemanen padi dengan sistem “bawon”. Akhirnya, pada masa-masa itu Jaya sangat
kekurangan tenaga kerja.
Permintaan konsumen
yang tinggi terhadap produk atap nipah memaksa Jaya memperkerjakan setidaknya 20
karyawan setiap hari. Itupun masih dibantu oleh beberapa anggota
keluarganya. Setiap satu orang karyawan biasanya mampu membuat sampai 150 kajang per hari.
Untuk mencukupi kebutuhan bahan baku, Jaya merasa tidak
terlalu kesulitan. Ada beberapa orang yang memasok daun nipah
dari daerah hilir (masyarakat sekitar sering menyebutnya daerah cabang). Setiap harinya, Jaya menerima sekitarl 250 ikat daun nipah dari mereka.
Sebaran wilayah
pemasaran atap daun nipah yang diproduksi Jaya cukup luas. Bukan hanya di wilayah Kecamatan Way Bungur dan
kecamatan-kecamatan sekitarnya saja, tetapi sudah sampai ke daerah-daerah lain yang cukup jauh, misalnya
Lampung Selatan. Dalam pemasarannya, Jaya dibantu oleh beberapa
agen. Ada 5 agen
yang mengambil kajang ke rumahnya untuk dipasarkan
di wilayah-wilayah tertentu. Dalam satu kali pengambilan, setiap
satu agen mengambil kajang sekitar
1000-5000
buah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar